Repost : [FF] Peniti — Jejak-jejak yang Terserak

“Mir, hari Sabtu depan kamu ada di rumah?”

“Hmmm, belum ada rencana untuk pergi sih.”

“Jadi ada di rumah yah?”

“Begitulah.”

“Bapak dan ibumu juga ada di rumah?”

“Ada apa sih kok tanya-tanya tentang bapak dan ibuku.”

“Anu… eee…. aku mau datang ke rumahmu. Aku mau mengembalikan barang yang kupinjam.”

“Memannya kamu pernah meminjam apa dariku?”

“Peniti.”

“Peniti?”

“Iya. Kamu masih Ingat?”

“Oooo…. peniti untuk menggantikan kancing kemeja batikmu yang copot yah? Kejadiannya empaf atau lima bukan yang lalu, kan?”

“Betul sekali. Kamu masih ingat rupanya.”

“Cuma peniti, kamu nggak usah perlu repot-repot untuk mengembalikannya. Aku masih punya banyak kok.”

“Tapi saat itu aku berjanji untuk mengembalikannya.”

“Kalau mau mengembalikannya, bagusnya jangan cuma peniti saja. Harus ada barang lainnya juga dong!”

“Duh, kalau harus ada barang tambahan, itu namanya riba, dong! Hahahahaha.”

“Aku cuma bercanda kok, Ril.”

“Oke. Aku akan datang ke rumahmu pukul sepuluh pagi. Insya Allah.”

****

“Mir, ini peniti milikmu. Dan ini bingkisan untukmu dan juga keluargamu. Bukan riba yah, tapi hadiah.”

“Duh, aku jadi ngerasa nggak enak nih, Ril.”

“Nggak apa-apa, Mir. Aku ikhlas kok. Oh iya, aku datang bersama kedua orang tuaku. Mereka ingin bertemu bapak dan ibumu.”

“Lho, ada perlu apa?”

“Mereka akan meminangmu untuk jadi istriku.”

“Apa?”

“Iya, aku menginginkanmu untuk jadinpendamping hidupku.”

“…”

“Aku sudah membuktikan.”

“Membuktikan apa?”

“Aku sudah menepati janjiku untuk mengembalikan peniti milikmu. Jika aku bisa menjaga peniti yang kecil itu dengan baik, apalagi dirimu?”

melalui [FF] Peniti — Jejak-jejak yang Terserak

Tinggalkan komentar